Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

50 Contoh Unen-Unen dalam Bahasa Jawa dan Artinya

Contoh Unen-Unen Bahasa Jawa dan Artinya

MLETRE.com – Dalam kehidupan masyarakat Jawa, tak bisa dipungkiri bahwa unen-unen atau paribasa memegang peran penting. Unen-unen menjadi sarana memberikan nasehat, mempercantik bahasa, dan bahkan sebagai sindiran terselubung.

Namun sayangnya, generasi muda hari ini terkadang kehilangan pemahaman akan makna unen-unen ini. Karena itu, kami ingin mengajak kalian mengenal lebih dalam tentang unen-unen Bahasa Jawa beserta artinya dalam Bahasa Indonesia. Mari simak paparan berikut:

50 Unen-Unen Bahasa Jawa Beserta Artinya

1. Denta-denti Kusuma Warsa Satria Cakra: Semua hal di dunia ini bersifat sementara, seperti gigi yang tumbuh tak bisa diubah, bunga yang mekar tak bisa dikuncupkan, hujan yang turun tak bisa diangkat, dan nafas yang keluar tak bisa dimasukkan. Hakikat hidup adalah tak dapat disalahkan, dan kebenaran tak bisa dinafikan. Meski ada upaya manipulasi, semua akan kembali pada sifatnya.

2. Byung-byung Tawon Kambu: Seperti suara lebah yang beterbangan dan tawon kambu yang bergerak mencari madu, sindiran untuk orang yang ikut campur dalam urusan orang lain tanpa memiliki kepentingan. Tindakan ini adalah tanda ketidakjujuran dan semangat pengikut yang sia-sia.

3. Dhemit Ora Ndulit, Setan Ora Doyan: Keterangan tentang seseorang yang perilakunya melebihi setan, bahkan setan tak berani menandinginya.

4. Dhandang Diunekke Kuntul, Kuntul Diunekake Dhandang: Pemalsuan fakta, mengubah burung gagak menjadi burung kuntul dan sebaliknya. Menggambarkan kebohongan dan fitnah, tindakan merusak yang disengaja.

5. Ojo Ngomong Waton, Nanging Ngomongo Nganggo Waton: Bicaralah dengan alasan yang jelas, jangan sembarang mengutarakan.

6. Mikul Dhuwur, Mendem Jero: Meningkatkan apresiasi pada kebaikan seseorang, dan mengubur cacat dan cela dalam hati mereka.

7. Bandha Donya Bisa Lunga, Pangkat Bisa Ongcat, Bojo Bisa Mlayu: Harta, status, dan hubungan bisa lenyap sewaktu-waktu karena sifat dunia yang fana.

8. Bener Kethenger, Becik Ketitik Ala Ketara: Meskipun pendapatnya benar, jika tak diakui banyak orang, itu tak berarti pendapat itu salah. Setiap pandangan punya kebenaran dan kelemahannya.

9. Adhang-Adhang Tetesing Embun: Rejeki datang tanpa usaha, tapi lebih baik menjemput rejeki dengan upaya.

10. Ambuwang Rasa Nemu Kuwuk: Orang yang enggan melepaskan barang buruk, bahkan menerima yang lebih buruk daripada sebelumnya.

11. Alon-Alon Waton Kelakon: Kerja teliti lebih baik daripada ceroboh, hasil memuaskan lebih penting daripada tergesa-gesa.

12. Ngubak-Ubak Banyu Bening: Membuat keributan di tempat yang tenang.

13. Ngundhuh Wohing Panggawe: Hidup dengan hasil perbuatan sendiri, baik suka maupun duka.

14. Sapu Ilang Suhe: Seperti kelompok yang kehilangan pemimpin, seperti keluarga yang kehilangan semangat.

15. Gajah Alingan Suket Teki: Orang pura-pura yang akhirnya terbongkar maksudnya.

16. Kaya Jambe Sinigar: Saudara yang sulit dibedakan, mirip wajahnya.

17. Kebo Bule Mati Setra: Orang cerdas tak pernah memanfaatkan keahliannya.

18. Mamayu Hayuning Bawana: Berusaha menciptakan perdamaian melalui tindakan dan kata-kata.

19. Sluman-Slumun Slanet: Meskipun kurang ajar, tetap selamat.

20. Cilik Diitik-Itik, Bareng Gedhe Dipasang Benik: Dari dulu disayang, kini dijadikan menantu.

21. Mendhem Pari Jero: Berbuat baik untuk masa depan.

22. Ngirit-Irit Dadi Ngorot-Orot: Ingin hemat, malah boros.

23. Sabane Adoh Pitik: Tidak pernah bepergian jauh sendirian.

24. Ulat Madhep Ati Karep: Memiliki tekad kuat untuk sukses.

25. Sigar Semangka: Membagi sesuatu secara adil.

26. Tengu Mangan Brutune: Orang yang disimpan sedikit demi sedikit.

27. Sapikul Sagendhongan: Pembagian berbeda untuk laki-laki dan perempuan.

28. Lamat-Lamat Orang Ilang: Keahlian tak hilang meski tak digunakan.

29. Nglangi Ing Mega: Melakukan sesuatu secara rahasia.

30. Nglangkahi Titir: Mencari penjahat di daerah lain.

31. Rempek-Rempek Kethek: Mencari perhatian orang jahat, menjadi korban kejahatan.

32. Golek Kimising Lambe: Mencari keuntungan sendiri dengan menggossip.

33. Madu Balung Kepesing: Bertengkar demi sesuatu yang tak berarti.

34. Melik Nggendhong Lali: Melupakan aturan demi hasrat.

35. Ngangsu Banyu Ing Kranjang: Belajar tapi tak mengamalkan.

36. Ngantuk Nemu Kethuk: Tidak bekerja keras tapi untung besar.

37. Ngaturaken Kidang Lumayu: Berharap pada yang mustahil.

38. Obah Ngarep Kobet Mburi: Pemimpin bekerja, bawahan meniru.

39. Sapa Salah Seleh: Kesalahan terbongkar dengan cepat.

40. Adoh Ratu Cedhak Watu: Masyarakat dusun yang sederhana.

41. Dhandang Tumrap Ing Kayon: Menuduh sembarangan.

42. Dieletana Segara, Gunung Sap Pitu: Jodoh tak terbantahkan.

43. Inggah-Inggih Ora Kepanggih: Bersikap munafik.

44. Kurung Munggah Lumbung: Status sosial berubah.

45. Nyered Blarak Saka Ing Pucuk: Masalah yang meluas.

46. Sagara Wacana: Godaan perselingkuhan.

47. Tumbu Oleh Tutup: Persahabatan sejati.

48. Tuna Satak Bathi Sanak: Kerugiian kecil untuk keuntungan besar.

49. Ungak-Ungak Pager Arang: Mengintai kelebihan orang lain.

50. Ora Obah Ora Mamah: Menghasilkan uang butuh usaha.

Berkomentarlah dengan Bijak dan Sopan!